Breaking News

Menambah Fasilitas CNG dan LNG oleh PLN

Untuk menekan ketergantungan dapat bahan bakar minyak (BBM), PT PLN (Persero) sedang membangun sejumlah layanan liquefied natural gas (LNG) dan compressed natural gas (CNG). Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi PLN menjelaskan layanan ini berwujud portabel sehingga mampu memasok ke pembangkit PLN di seluruh Indonesia.

Fasilitas LNG dan CNG ini khususnya dapat dipasang di sejumlah pembangkit yang masih gunakan BBM. “LNG dan CNG dapat digunakan saat beban puncak,” ujar Nasri, akhir pekan lalu.
Di samping menekan pemakaian BBM, layanan ini termasuk mempunyai tujuan memanfatkan sejumlah kontrak gas PLN. “Fasilitas ini dapat gunakan kontrak gas yang kecil-kecil. Karena kecil-kecil kami hitung bagaimana sehingga pembangkitnya besar,” lanjutnya.

Tahun lalu, berasal dari total listrik yang dihasilkan PLN, sebanyak 23% listrik dihasilkan oleh pembangkit bersama BBM. Sementara listrik berasal dari bahan bakar gas hanya 21%. Tahun ini, PLN bertekad menekan pemakaian BBM sampai jadi 14% tetapi pemakaian BBG dapat ditingkatkan jadi 23%.

Salah satu pembangkit yang dapat dilengkapi bersama perusahaan CNG apabila pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Sungai Gelam, Jambi yang berkapasitas 60 megawatt (MW). Nasri mengatakan, PLN memanfatkan gas setempat sebesar 4,5 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). “Kami sedang bangun, selesai Agustus atau September tahun ini,” ujar Nasri.

Selain itu, tahun 2013 nanti PLN termasuk dapat membangun layanan LNG di Bengkanai Kalimantan Tengah yang berkapasitas 240 MW. Fasilitas ini perlu pasokan gas sebanyak 18 MMSCFD.

Nasri memandang, pemakaian LNG atau CNG efisien menghemat BBM. Karena itu, saat beban basic dan beban menengah, PLN merencanakan gunakan LNG dan CNG untuk menggerakkan pembangkit berkapasitas 4 MW-5 MW. Sementara saat beban puncak, PLN dapat mengerahkan LNG dan CNG untuk menggerakkan pembangkit berkapasitas 16 MW-20 MW.

Untuk mengamankan pasokan gas, PLN dapat memanfatkan kontrak gas berasal dari Lapangan Terang Sirasun Batur, Madura. Dari lapangan yang dioperasikan oleh Kangean Energy Indonesia Ltd itu, PLN memperoleh kontrak pembelian gas sebanyak 130 MMSCFD.

Dari kuantitas tersebut, kurang lebih 30 MMSCFD-50 MMSCFD dapat dibuat jadi LNG atau CNG portabel. Sementara sisanya dapat dipasok melalui pipa gas ke pembangkit listrik di Grati dan Gresik. “Tapi kurang lebih 30 MMSCFD-50 MMSCFD sudi dibuat LNG atau CNG,”ujar Nasri.

Menurut Nasri, daya angkut ke-2 BBG itu jadi pertimbangan PLN di dalam mengolah LNG atau CNG. Memang, ke-2 jenis BBG itu memiliki berlebihan dan kekurangan. Di satu sisi, daya angkut LNG lebih banyak ketimbang CNG. Namun apabila gunakan LNG, PLN harus membangun layanan storage dan regasifikasi. Kalau CNG, volume angkutnya lebih sedikit, namun tidak membtuhkan layanan storage dan regasifikasi lagi.

Nantinya, PLN dapat membangun pengolahan LNG dan CNG di dekat wilayah sumber gas. Namun, lagi-lagi Nasri belum mampu menegaskan wilayah pengolahan tersebut. “Itu bergantung kepastian saat pasokan gas berasal dari operator, yaitu Kangean,” tukasnya.